Kadang-kadang, kita melihat seseorang yang seolah memiliki wawasan luas dan mendalam. Namun setelah membaca tulisan-tulisannya, ia terkesan miskin pengetahuan. Sebaliknya, tulisan-tulisan menggugah yang membuat kita terpesona dan menganggap penulisnya sebagai pribadi mapan dalam pengetahuan, disaat berjumpa dengannya Kita justru beranggapan bahwa dia hanya orang biasa-biasa saja, tak kuasa berbicara dengan baik. Kosa katanya dalam bertutur tidak seluas untaian-untaian dalam tulisannya.
Di sudut lain, ternyata ada juga orang, antara tulisan dan bicaranya punya keseimbangan. Tulisan menohok, bicara mencerahkan.
Bagi Saya, terhadap mereka semua itu, kita belajar. Dari orang-orang seperti mereka kita bisa mengasah, mengembangkan dan bahkan merebut capaian pengetahuan briliant. Sebab, menuntut ilmu bukan sekadar jargon bagi mereka yang duduk dibangku-bangku akademik. Sains dan Agama (walau disaat-saat tertentu keduanya tak boleh berpisah) “mewajibkan” setiap orang untuk belajar dan merebut puncak kefasihan dalam berilmu.
Melalui pengetahuan, seseorang dapat dengan mudah memecahkan masalah. Namun, seringkali aturan menjadi penghambat bagi perkembangan pengetahuan. Jika kita tak dapat memecahkan suatu masalah, itu mungkin karena kita terperangkap dalam kemapanan aturan. Anda memiliki aturan – pola-pola berpikir yang sudah tertanam, yang keliru namun Anda menganggapnya sebagai sebuah kebenaran. Aturan-aturan Anda itu terbentuk secara alami. Problemnya, ketika ia telah mapan menjadi aturan, maka ide-ide yang bertentangan dengan aturan tersebut sering dianggap sebuah ancaman, masalah bahkan membahayakan.
Akhirnya, sebagaimana anggapan Einstein, tidak banyak orang dapat dengan tenang mengungkapkan pendapat-pendapatnya yang berbeda dari prasangka-prasangka lingkungan mereka. Kebanyakan orang bahkan tidak mampu membentuk pendapat-pendapat seperti itu. Kita harus sepakat, bahwa aturan tidaklah buruk. Layaknya rel kereta api. Kalau Anda ingin mengikuti aturan, boleh saja. Tetapi seperti tujuan-tujuan yang tidak terjangkau oleh rel kereta api, ada solusi-solusi yang tak dapat dicapai dengan aturan-aturan kita. Satu-satunya cara untuk sampai ke sana adalah ke luar dari relnya. (Scott Thorpe, 2002).
Mereka, penulis dan pembicara dengan kematangan pengetahuannya, adalah orang-orang yang sesungguhnya sering keluar dari aturan-aturan umum. Mereka kritis. Hasil bacaan mereka sering ditelurkan menjadi tulisan-tulisan bermanfaat. Mereka berinovasi namun melawan aturan. Memecahkan masalah dengan keluar dari rel aturan.
Kita tidak perlu berkhayal menjadi seorang iBoy yang tertembak dikepala namun ketika sembuh menjadi anak muda yang mampu melakukan tindakan ‘aneh’ setelah fragmen ponsel masuk dalam gumpalan otaknya. Melalui “kecelakaan” ini dia dapat mengetahui pergerakan data ponsel dan perangkat jaringan lainnya, suara-suara jarak jauh. Ini hanya film fiksi ilmiah. Kita cukup menjadi orang yang melihat realitas sebagai objek yang begitu banyak tafsir.
Di hadapan kita, banyak masalah yang belum bisa dipecahkan. Cobalah dengan tips sederhana ini. Belajar kepada mereka yang punya banyak tulisan. Akrabkan diri dengan mereka yang pandai bercakap. Dibalik kekurangannya, mereka sering keluar ‘jalur’ untuk mengungkapkan idenya. Dengan cara inilah mereka memecahkan masalah.
———-
Taufik Bilfaqih, S. Sos.I, MSi
Dosen FUAD IAIN Manado