fuad.iain-manado.ac.id | Perkembangan Teknologi menjadi fakta kehidupan modern. Hampir semua sektor dimanjakan dengan kecanggihan alat dan sistem hingga mempermudah segala urusan manusia. Keadaan ini akhirnya membentuk sikap dan sifat manusia harus beradaptasi. Jika ia bijak, manusia akan memanfaatkannya dengan positif. Sebaliknya, jika keliru dalam menempatkan posisi, manusia menjadi budak zamannya sendiri.
Masa depan, masih misteri. Namun untuk memprediksinya hampir mudah terlihat dan terbaca. Kita bisa melihat apa dan bagaimana generasi hari ini mengelola kehidupannya melalui teknologi.
Internet misalnya. Ia telah memproduksi manusia modern dengan segenap peradaban yang dibangun. Sesekali memperlihatkan betapa dahsyatnya spesies manusia ini, dilain waktu internet pula yang berperan menciptakan masalah kemanusiaan itu sendiri.
Kehadiran internet adalah keniscayaan. Apa yang dirasa dan dilakukan manusia dalam kehidupan nyatanya, hanya berpindah ruang saja menuju dunia maya.
Generasi milenial atau mungkin generasi yang akan datang harus siap menerima perkembangan ini. Melalui modal pendidikan, sosial dan budaya bahkan agama, setiap manusia harus berani berperan dalam mengelola zamannya.
Dalam teori-teori humaniora, istilah generasi milenial dilengketkan kepada anak-anak yang terlahir di era 80-an hingga 90-an. Ada juga yang menambahkan bahwa mereka adalah generasi yang terlahir sejak 80an hingga sekarang.
Lepas dari itu, kita ingin melakukan refleksi kritis terhadap perbedaan-perbedaan mendasar yang terlihat disetiap generasi.
Refleski tersebut di atas menjadi wacana diskusi yang digelar NUsmart Caffe and Resto Kota Tarakan yang bekerja sama dengan GP Ansor Kota Tarakan pada Jum’at (06/10). Kegiatan bertajuk Diskusi dan Kopi (Disko) menghadirkan Taufik Bilfagih (Dosen FUAD IAIN Manado) dan Muhammad Thobrani (Dosen Pendidikan Univ. Borneo Tarakan). (adm)